Pro dan Kontra Pemanggilan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia

Timnas Indonesia terus berupaya meningkatkan kualitas pemainnya, salah satunya dengan memanggil pemain keturunan atau diaspora yang memiliki darah Indonesia. Pemanggilan ini bertujuan memperkuat tim nasional.

Baca juga: Hiburan di Singkawang: Meriahkan Cap Go Meh

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2017, diaspora Indonesia adalah warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri. Ada dua kategori diaspora yang diakui pemerintah Indonesia: pertama, WNI yang tinggal di luar negeri, dan kedua, warga negara asing (WNA) yang merupakan keturunan dari WNI, eks-WNI, atau anak eks-WNI.

Pemanggilan pemain diaspora dan proses naturalisasi pemain asing sebenarnya sudah dilakukan sejak lama, sebelum era kepemimpinan Erick Thohir di PSSI. Beberapa pemain yang telah dinaturalisasi di antaranya adalah Jhonny van Beukering, Diego Michiels, Victor Igbonefo, Raphael Maitimo, dan Stefano Lilipaly. Pada era Erick Thohir, program pemanggilan diaspora diperkuat, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas timnas melalui pencarian yang selektif dan berdasarkan perhitungan.

Beberapa pemain diaspora yang dipanggil dalam era kepelatihan saat ini termasuk Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Rafael Struick, dan Ivar Jenner. Dalam pertandingan melawan Australia pada 10 September di Gelora Bung Karno, pelatih Shin Tae Yong menurunkan 9 pemain diaspora dan 2 pemain lokal. Tindakan ini menuai perhatian dari berbagai kalangan, termasuk mantan Duta Besar Indonesia untuk Polandia, Peter Gontha, yang mengungkapkan kekhawatirannya melalui media sosial terkait pemain-pemain naturalisasi, mempertanyakan apakah langkah ini menjaga martabat bangsa.

Pernyataan Peter Gontha memicu reaksi publik, dengan berbagai pendapat yang pro dan kontra. Beberapa netizen mendukung kekhawatirannya terkait penggunaan pemain naturalisasi yang dianggap hanya solusi sementara tanpa adanya fokus pada pembinaan pemain lokal. Di sisi lain, ada yang menganggap bahwa naturalisasi adalah bagian dari perkembangan global yang perlu diterima dengan lebih terbuka.

Baca Juga: GP1: Satu Langkah Menuju Mimpi Menjadi Pebalap Formula 1

Meskipun begitu, di era kepelatihan Shin Tae Yong, kolaborasi antara pemain lokal dan diaspora mulai menunjukkan hasil positif. Timnas Indonesia perlahan memperbaiki posisinya di peringkat FIFA, berada di urutan ke-129 dunia dan peringkat 23 di Asia setelah pertandingan melawan Australia.